Jumat, 17 Mei 2013

ZAT BERBAHAYA PADA MAKANAN


ZAT BERBAHAYA PADA MAKANAN
Saat ini di pasaran masih banyak terdapat bahan-bahan tambahan makanan berbahaya pada sejumlah produk pangan olahan industri rumah tangga dan industri kecil. Hal itu terjadi karena kurangnya wawasan pengusaha terhadap keamanan pangan (food safety).Praktisi di Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) beberapa kali menemukan produk-produk seperti sirup, mie, tahu, bakso mengandung bahan-bahan kimia yang berbahaya bagi kesehatan manusia, seperti : pengawet berbahaya (benzoat, formalin, dll.), pengenyal berbahaya (boraks, dll.), pewarna berbahaya (Rhodamin-B, Methanyl Yellow, dll.), Pemanis buatan (aspartame, sorbitol, dll.) dan bahan tambahan lain dengan dosis yang berlebihan.Secara kasat mata memang agak sulit untuk menentukan apakah produk pangan olahan yang ditemukan mengandung bahan-bahan kimia berbahaya atau tidak. Apalagi bila dosisnya sangat sedikit. Akan tetapi, apabila dosisnya cukup banyak, maka kita bisa mengetahuinya dari penampilan luar yang nampak nyata (penampilan visual).
Dasar hukum pelarangan :
1.      Undang-undang Pangan No. 8 Tahun 1999, tentang Perlindungan Konsumen.
2.      Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) RI No. 208/Menkes/Per/IV/85, tentang Pemanis Buatan. Pemanis buatan hanya digunakan untuk penderita diabetes (sakit gula dan penderita yang memerlukan diet rendah kalori, yaitu : aspartame, Na sakarin, Na siklamat, dan sorbitol.
3.      Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 1998, tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan),
4.      Peraturam Pemerintah No. 69 Tahun 1999, tentang Label dan Iklan Pangan.
Macam-macam bahan kimia berbahaya:
1. Pengawet Berbahaya : Formalin, Benzoat (bila terlalu banyak), dll
2. Pewarna Berbahaya : pewarna merah Rhodamin-B, pewarna kuning Methanyl Yellow, dll.
3. Pemanis Buatan (yang berlebihan): Natrium (sodium) – Saccharine (sakarin), Na-Cycla-mate (siklamat), aspartame, sorbitol, dll.
4. Pengenyal (Bakso) Berbahaya: Boraks, dll.
Dampak negatif bagi kesehatan manusia:
    1. Keracunan, mulai gejala ringan hingga efek yang fatal (kematian).
    2. Kanker, seperti kanker leher rahim, paru-paru, payudara, prostat, otak, dll.
    3. Kejang-kejang, mulai tremor hingga berat.
    4. Kegagalan peredaran darah (gangguan fungsi jantung, otak, reproduksi, endokrin).
    5. Gejala lain, seperti : muntah-muntah, diare berlendir, depresi, gangguan saraf, dll.
    6. Gangguan berat, seperti : kencing darah, muntah darah, kejang-kejang, dll. 
Formalin adalah nama populer dari zat kimia formaldehid yang dicampur dengan air. Larutan formalin tidak berwarna, berbau menyengat, larut dalam air dan alkohol. La-rutan formalin mengandung 37% formalin gas dan methanol.Peruntukkan sebagai pengawet mayat, disinfektan, antiseptik, anti jamur, fiksasi jaringan, industri tekstil dan kayu lapis, juga sebagai germisida dan fungisida (pada tanaman/sayuran), sebagai pembasmi lalat dan serangga lainnya.
Penyimpangan formalin sering dipakai untuk mengawetkan produk mie basah, tahu, dan ikan segar.Efek (dampak) negatif bagi tubuh jika terhirup, formalin akan menyebabkan rasa terbakar pada hidung dan tenggorokan, sukar bernapas, napas pendek, sakit kepala, dan kanker paru-paru.
Boraks (asam borat) adalah senyawa berbentuk kristal putih, tidak berbau, dan stabil pada suhu serta tekanan normal.Banyak dipakai untuk mematri logam, proses pembuatan gelas dan enamel, sebagai pengawet kayu, dan pembasmi kecoa.Penyimpangan banyak dipakai pada : bakso, kerupuk karaks, mie bakso, tahu, batagor, pangsit.Efek (dampak) negatif bagi tubuh: pemakaian yang sedikit dan lama akan terjadi akumulasi (penimbunan) pada jaringan otak, hati, lemak, dan ginjal. Pemakaian dalam jumlah banyak mengakibatkan demam, anuria, koma, depresi, dan apatis (gangguan yang bersifat sarafi).
            Rhodamin – B (Rhodamin – B) adalah pewarna sintetis berbentuk kristal, tidak berbau, berwarna merah keunguan, dalam larutan berwarna merah terang berpendar.Peruntukkan sebagi pewarna kertas, tekstil, dan cat tembok.Penyimpangan banyak dipakai pada : minuman (es mambo, limun, syrup), lipstik, permen, obat, saos.Efek (dampak) negatif bagi tubuh:Jika terhirup dapat menimbulkan iritasi pada saluran pernafasan. Dapat pula menimbu-kan iritasi pada kulit, iritasi pada mata (kemerahan, oedema pada kelopak), iritasi pada saluran pencernaan (keracunan, air seni ber-warna merah, kerusakan ginjal), dll.Akumulasi dalam waktu lama berakibat gangguan fungsi hati hingga kanker hati, merusak kulit wajah, pengelupasan kulit, hipopigmentasi, hiperpigmentasi, dll.
Methanyl yellow adalah pewarna sintetis berwarna kuning menyala.Peruntukkan sebagai pewarna kertas, tekstil, dan cat tembok.Penyimpangan banyak dipakai pada : minuman (sirup, limun), agar-agar (jelly), limun, manisan (pisang, mangga, kedondong, dll.), permen.Tanda-tanda penyimpangan pada produk:warnanya terlihat homogen/seragam, cerah, penampakannya mengkilat, dll.
Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezki yang telah diberikan Allah kepadamu; dan syukurilah ni’mat Allah, jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah.
(QS An Nahl – 114)
sabtu,18 Mei 2013,8:00


ZAT BERBAHAYA PADA MAKANAN


ZAT BERBAHAYA PADA MAKANAN
Saat ini di pasaran masih banyak terdapat bahan-bahan tambahan makanan berbahaya pada sejumlah produk pangan olahan industri rumah tangga dan industri kecil. Hal itu terjadi karena kurangnya wawasan pengusaha terhadap keamanan pangan (food safety).Praktisi di Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) beberapa kali menemukan produk-produk seperti sirup, mie, tahu, bakso mengandung bahan-bahan kimia yang berbahaya bagi kesehatan manusia, seperti : pengawet berbahaya (benzoat, formalin, dll.), pengenyal berbahaya (boraks, dll.), pewarna berbahaya (Rhodamin-B, Methanyl Yellow, dll.), Pemanis buatan (aspartame, sorbitol, dll.) dan bahan tambahan lain dengan dosis yang berlebihan.Secara kasat mata memang agak sulit untuk menentukan apakah produk pangan olahan yang ditemukan mengandung bahan-bahan kimia berbahaya atau tidak. Apalagi bila dosisnya sangat sedikit. Akan tetapi, apabila dosisnya cukup banyak, maka kita bisa mengetahuinya dari penampilan luar yang nampak nyata (penampilan visual).
Dasar hukum pelarangan :
1.      Undang-undang Pangan No. 8 Tahun 1999, tentang Perlindungan Konsumen.
2.      Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) RI No. 208/Menkes/Per/IV/85, tentang Pemanis Buatan. Pemanis buatan hanya digunakan untuk penderita diabetes (sakit gula dan penderita yang memerlukan diet rendah kalori, yaitu : aspartame, Na sakarin, Na siklamat, dan sorbitol.
3.      Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 1998, tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan),
4.      Peraturam Pemerintah No. 69 Tahun 1999, tentang Label dan Iklan Pangan.
Macam-macam bahan kimia berbahaya:
1. Pengawet Berbahaya : Formalin, Benzoat (bila terlalu banyak), dll
2. Pewarna Berbahaya : pewarna merah Rhodamin-B, pewarna kuning Methanyl Yellow, dll.
3. Pemanis Buatan (yang berlebihan): Natrium (sodium) – Saccharine (sakarin), Na-Cycla-mate (siklamat), aspartame, sorbitol, dll.
4. Pengenyal (Bakso) Berbahaya: Boraks, dll.
Dampak negatif bagi kesehatan manusia:
    1. Keracunan, mulai gejala ringan hingga efek yang fatal (kematian).
    2. Kanker, seperti kanker leher rahim, paru-paru, payudara, prostat, otak, dll.
    3. Kejang-kejang, mulai tremor hingga berat.
    4. Kegagalan peredaran darah (gangguan fungsi jantung, otak, reproduksi, endokrin).
    5. Gejala lain, seperti : muntah-muntah, diare berlendir, depresi, gangguan saraf, dll.
    6. Gangguan berat, seperti : kencing darah, muntah darah, kejang-kejang, dll. 
Formalin adalah nama populer dari zat kimia formaldehid yang dicampur dengan air. Larutan formalin tidak berwarna, berbau menyengat, larut dalam air dan alkohol. La-rutan formalin mengandung 37% formalin gas dan methanol.Peruntukkan sebagai pengawet mayat, disinfektan, antiseptik, anti jamur, fiksasi jaringan, industri tekstil dan kayu lapis, juga sebagai germisida dan fungisida (pada tanaman/sayuran), sebagai pembasmi lalat dan serangga lainnya.
Penyimpangan formalin sering dipakai untuk mengawetkan produk mie basah, tahu, dan ikan segar.Efek (dampak) negatif bagi tubuh jika terhirup, formalin akan menyebabkan rasa terbakar pada hidung dan tenggorokan, sukar bernapas, napas pendek, sakit kepala, dan kanker paru-paru.
Boraks (asam borat) adalah senyawa berbentuk kristal putih, tidak berbau, dan stabil pada suhu serta tekanan normal.Banyak dipakai untuk mematri logam, proses pembuatan gelas dan enamel, sebagai pengawet kayu, dan pembasmi kecoa.Penyimpangan banyak dipakai pada : bakso, kerupuk karaks, mie bakso, tahu, batagor, pangsit.Efek (dampak) negatif bagi tubuh: pemakaian yang sedikit dan lama akan terjadi akumulasi (penimbunan) pada jaringan otak, hati, lemak, dan ginjal. Pemakaian dalam jumlah banyak mengakibatkan demam, anuria, koma, depresi, dan apatis (gangguan yang bersifat sarafi).
            Rhodamin – B (Rhodamin – B) adalah pewarna sintetis berbentuk kristal, tidak berbau, berwarna merah keunguan, dalam larutan berwarna merah terang berpendar.Peruntukkan sebagi pewarna kertas, tekstil, dan cat tembok.Penyimpangan banyak dipakai pada : minuman (es mambo, limun, syrup), lipstik, permen, obat, saos.Efek (dampak) negatif bagi tubuh:Jika terhirup dapat menimbulkan iritasi pada saluran pernafasan. Dapat pula menimbu-kan iritasi pada kulit, iritasi pada mata (kemerahan, oedema pada kelopak), iritasi pada saluran pencernaan (keracunan, air seni ber-warna merah, kerusakan ginjal), dll.Akumulasi dalam waktu lama berakibat gangguan fungsi hati hingga kanker hati, merusak kulit wajah, pengelupasan kulit, hipopigmentasi, hiperpigmentasi, dll.
Methanyl yellow adalah pewarna sintetis berwarna kuning menyala.Peruntukkan sebagai pewarna kertas, tekstil, dan cat tembok.Penyimpangan banyak dipakai pada : minuman (sirup, limun), agar-agar (jelly), limun, manisan (pisang, mangga, kedondong, dll.), permen.Tanda-tanda penyimpangan pada produk:warnanya terlihat homogen/seragam, cerah, penampakannya mengkilat, dll.
Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezki yang telah diberikan Allah kepadamu; dan syukurilah ni’mat Allah, jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah.
(QS An Nahl – 114)
sabtu,18 Mei 2013,8:00


Sabtu, 16 Februari 2013

ANALISA GRAVIMETRI

 

PENENTUAN KADAR VITAMIN C METODE IODIMETRI

 
Pada percobaan ini dilakukan analisis vitamin C dengan metode titrasi iodimetri. Sampel yang digunakan pada percobaan ini yaitu minuman dengan berbagai merk, sampel yang digunakan kelompok tujuh yaitu sampel G. Vitamin adalah suatu zat senyawa kompleks yang sangat dibutuhkan oleh tubuh kita yang berfungsi untuk membantu pengaturan atau proses kegiatan tubuh. Vitamin C merupakan suplemen yang sangat penting bagi tubuh manusia dimana dianjurkan sebesar 30-60 mg per hari. Kegunaan dari vitamin C yaitu, sebagai senyawa utama tubuh yang dibutuhkan dalam berbagai proses penting mulai dari pembuatan kolagen, pengangkut lemak, sampai dengan pengatur tingkat kolesterol.
            Kebutuhan untuk vitamin C adalah 60 mg/hari, tapi hal ini bervariasi pada setiap individu. Stres fisik seperti luka bakar, infeksi, keracunan logam berat, rokok, penggunaan terus-menerus obat-obatan tertentu (termasuk aspirin, obat tidur) meningkatkan kebutuhan tubuh akan vitamin C. Perokok membutuhkan vitamin C sekitar 100 mg/hari. Buah dan sayuran mengandung banyak vitamin C, akan tetapi banyak persepsi orang yang salah berkaitan dengan sumber vitamin C dalam bentuk alami.
Vitamin C mempunyai rumus C6H8C6 dalam bentuk murni merupakan kristal putih, tak berwarna, tidak bau dan mencair pada suhu 190-1920C. Senyawa ini bersifat reduktor kuat dan mempunyai rasa asam. Sifat yang paling utama dari vitamin C adalah kemampuan mereduksi yang kuat dan mudah teroksidasi yang dikatalis oleh beberapa logam terutama Cu dan Ag (Patricia, 1983).
Penetapan vitamin C ini dilakukan dengan metode titrasi Iodimetri yaitu titrasi dengan I2 sebagai titernya.
Iodimetri merupakan titrasi langsung dan merupakan metoda penentuan atau penetapan kuantitatif yang dasar penentuannya adalah jumlah I2 yang bereaksi dengan sampel atau terbentuk dari hasil reaksi antara sampel dengan ion iodide. Iodimetri adalah titrasi redoks dengan I2 sebagai pentiternya. Dalam reaksi redoks harus selalu ada oksidator dan reduktor , sebab bila suatu unsur bertambah bilangan oksidasinya (melepaskan electron), maka harus ada suatu unsur yang bilangan oksidasinya berkurang atau turun (menangkap electron). Jadi, tidak mungkin hanya ada oksidator saja ataupun reduktor saja (Wiryawan dkk, 2008)..Dalam metode analisis ini, sampel dioksidasikan oleh I2, sehingga I2 tereduksi menjadi ion iodida :
A ( Reduktor ) + I2 → A ( Teroksidasi ) + 2 I-

Sampel sebanyak 10 g dalam labu ukur 100 mL, ditambahkan asam oksalat 5% sampai tanda batas. Kemudian larutan dikocok agar homogen dan disaring, filtrat yang dihasilkan dititrasi dengan I2 0,02N. Iodium merupakan oksidator lemah, sehingga hanyaz at-zat yang merupakan reduktor kuat yang dapat dititrasi.I ndikator yang digunakan yaitu amilum sebanyak 2 mL dan akan memberikan warna biru pada titik akhir titrasi. Dengan kontrol pada titik akhir titrasi jika kelebihan 1 tetes titran, perubahan warna yang terjadi pada larutan akan semakin jelas dengan penambahan indikator amilum/kanji (Basset, 1994).
I2 +2e- → 2I-
Iod merupakan zat padat yang sukar larut dalam air (0,00134 mol/L) pada suhu 250C, namun sangat larut dalam larutan yang mengandung ion iodida. Iodium membentuk kompleks triiodida dengan iodida :
I2 +I- → I3-
Larutan standar iodium harus disimpan dalam botol gelap untuk mencegah peruraian HIO oleh cahaya matahari:
2HIO →2 H+ + 2 I- +O2 (g)
(Septyaningrum, 2009)
Larutan iodium merupakan larutan yang tidak stabil, sehingga perlu distandarisasi berulang kali. Sebagai Oksidator lemah, iod tidak dapat bereaksi terlalu sempurna, karena itu harus dibuat kondisi yang menggeser kesetimbangan kearah hasil reaksi antara lain dengan mengatur pH atau dengan menambahkan bahan pengkompleks. Untuk pengaturan pH ini, ditambahkan asam oksalat H2C2O4, sehingga sampel dalam suasana asam. Larutan iod distandardisasi dengan larutan Na2S2O3, standarisasi bertujuan utuk mendapatkan konsentrasi iod dengan tepat (Septyaningrum, 2009).
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam titrasi iodimetri, antara lain :
  •          pembuatan larutan
  •       penyimpanan larutan
  •          Jumlah indicator, dan
  •          ketelitian dalam melakukan titrasi, yaitu dalam menentukan titik akhir dan pembacaan skala pada buret
Penentuan Titik Akhir Titrasi
Titrasi dilakukan dengan menggunakan amilum sebagai indicator dimana titik akhir titrasi diketahui dengan terjadinya kompleks amilum-I2 yang berwarna biru tua. Hal ini disebabkan karena dalam larutan pati, terdapat unti-unit glukosa membentuk rantai heliks karena adanya ikatan konfigurasi pada tiap unit glukosanya. Bentuk ini menybabkan pati dapat membentuk kompleks dengan molekul iodium yang dapat masuk ke dalam spiralnya., sehingga menyebabkan warna biru tua pada kompleks tersebut. Warna biru akan terlihat bila konsentrasi ios 2 X 10-5M. Sensitivitas warnanya tergantung pada pelarut yang digunakan. Kompleks iodium-amilum mempunyai kelarutan kecil dalam air sehingga biasanya ditambahkan pada titik akhir reaksi (Khopkar, 2002).  
Reaksi pada penentuan Vitamin C dengan iodimetri:
H2S + I2 S + 2I- + 2H+
SO32- + I2 + H2O → SO42- + 2I- + 2H+
Sn2+ + I2Sn4+ + 2IH2
AsO3 + I2 + H2O -> HAsO42- + 2I- + 3H+
(Underwood, 2002).

Dari hasil percobaan, volume yang dibutuhkan pada titrasi blanko adalah 0,08 mL. Sedangkan volume titer yang dibutuhkan pada sampel G sebanyak 0,10 mL. Titik akhir ditandai dengan perubahan warna dari kuning menjadi biru. Sehingga kadar vitamin C yang diperoleh pada sampel G adalah 17,54 X 10-6% Vit C.   Kadar Vitamin C yang terbesar terdapat pada sampel F yaitu 149,4 X 10-6%  Vit C.

Vitamin C dapat hilang karena hal-hal seperti:
1. Pemanasan, yang menyebabkan rusak atau berbahayanya struktur.
2. Pencucian sayuran setelah dipotong-potong terlebih dahulu .
3. Adanya alkali atau suasana basa selama pengolahan
4. Membuka tempat berisi vitamin C, sebab oleh udara akan terjadi oksidasi yang tidak reversible (Poedjiadi, 1994).

KESIMPULAN

Dari percobaan yang telah dilakukan diperoleh:
·         Penentuan kadar  vitamin C dilakukan dengan metode titrasi iodimetri.
·         Iodimetri adalah titrasi redoks dengan I2 sebagai pentiternya.
·         Kadar Vitamin C pada sampel G yaitu 17,54 X 10-6% Vit C.
·         Kadar Vitamin C yang terbesar terdapat pada sampel F yaitu 149,4 X 10-6% Vit C.
 
http://liayuliasitirohmah.blogspot.com/2012/02/penentuan-kadar-vitamin-c-metode.html
Senin,18 Februari 2013,10:11AM